Rabu, 14 September 2011

Cedera Olahraga (part 1)


sport science

A.      Pengertian
Cedera olahraga dapat diartikan sebagai cedera yang terjadi akibat kegiatan olahraga baik secara langsung atau tidak langsung, yang mengenai sistem muskuloskeletal dan semua sistem atau organ lain yang mempengaruhinya sehingga menimbulkan gangguan fungsi sistem tersebut.

B.      Klasifikasi Cedera Olahraga

Berdaasarkan waktu terjadinya, cedera olahraga dibagi menjadi:
1.       cedera akut atau mendadak
2.       cedera kronik menahun
dipandang dari segi fakor penyebabnya, cedera olahraga dapat dibagi atas :
1.       cedera dengan penyebab luar / eksogen
2.       cedera dengan penyebab dari dalam / endogen
contoh:
seorang atlet yang terkena tendangan oleh lawan tandingnya dapat menimbulkan cedera akut eksogen, atau seoarng atlet yang kurang / tidak terlatih akan mudah timbul terkilir atau menderita robekan selubung otot sehigga cedera yang dialaminya termasuk cedera akut endogen.
                Pengelompokan cedera  juga dapat dibuat menurut sudut pandang tertentu yang biasanya terkait dengan kepentingan tertentu. Untuk mengetahu derajat keparahan cedera, pengelompokan cedera sering dikelompokan berdasarkan jenisnya, yakni goresan, laserasi, sprain, strain, dislokasi, fraktur, dan lain-lain.

C.      Faktor Risiko Cedera Olahraga
Faktor risiko cedera olahraga merupakan kondisi-kondisi yang memungkinkan terjadinya cedera olahraga. Kondisi tersebut dapat berasal dari luar tubuh (eksogen) dari dalam tubuh sendiri (endogen).

Faktor-faktor eksogen meliputi:

1.       (pemberian beban latihan yang tida proporsional)
Dahulu orang beranggapan bahawa pelatih yang baik adalah pelatih yang dapat membuat atlet yang dilatihnya mengalami muntah atau pusing selama melakukan sesi latihan. Anggapan tersebut sangat keliru mengingat bahwa atlet yang dilatih tersebut juag manusia biasa yang tentu memiliki keterbatasan dalam kemampuan. Seorang pelari maraton putri pernah mengalami gangguan pertumbuhan fungsi seksual skunder dan mengalami osteoporosis berat karena pelatihnya memberi sesi latihan yang berat pada masa prapubertas.

2.       (peralatan olahraga)
Pusat-pusat kebugaran di daerah perkotaan kebanyakan menggunakan alat-alat kebugaran luar negeri, yang belum tentu cocok digunakan secara ergonomis. Alat yang didatangkan dari luar negeri tesebut dirancang untuk digunakan oleh pelaku olahraga di negara tempat alat tersebut diproduksi. Ukuran antropometri tubuh yang berbeda antara orang di negara alat itu diproduksi dengan orang di negara pengguna alat tersebut dapat mendatangkan masalah. Masalah tersebut berisiko menimbulkan cedera. Prbedaan daya ungkit alat membaut pembebanan pada otot menjadi tidak proporsional. Alat-alat proteksi tubuh yang digunakan untuk melindungi bagian-bagian tubuh tertentu juga berperan dapat menimbulkan cedera.

contohnya:
ukuran alat yang terlalu besar atau sempit juga beresiko menmbulkan cedera. Genital protector yang terlalu kecil dapat menimbulkan kompresi pada alat kelamin, atau bila ukuran alat tersebut terlalu besar, cedera dapat timbul akibat pergeseran alat yang yang terlalu leluasa.

penggunaan sepatu ahrus cocok denganjenis olahraga yang diikuti. Sepatu telah dirancang sedemikian rupa sesuai dengan karakteristik gerakan dasar pada cabang olahraga tersebut. Contonya, sepatu olahraga basket dirancang dengan sol yang lebar dan memiliki peredam serat menutupi mata kaki untuk mengurangi resiko timbulnya cedera pada kaki dan pergelangan kaki. Penggunaan sepatu yang sudah aus atau telapak yang tidak rata akan menggeseer titik pembebanan yang diterima oleh sendi pergelngan kaki dan lutut dari titik tengah. Pembebanan yang tidak proporsional tersebut akan memperberat beban yang diterima pada sisi sol yang telah tipis.

3.       (fasilitas tempat latihan)
Keberadaan fasilitas tempat olahraga yang memadai akan mengurangi kemungkinan terjadinya cedera. Fasilitas olahraga meliputi semua sarana yang berkaitan dengan olahraga.

4.       (jenis olahraga)
Olahraga tertentu tidak dipugkiri memiliki risiko yang lebih besar dibanding dengan olahraga lainnya. Contonya, olahraga tinju memiliki resiko yang sangat tinggi dalam menimbulkan cedera yang disebabkan atuaran olahraga tersebut, yaitu poin yang besar akan diperolah bila si petinju behasil mendaratkan pukulannya di kepala lawannya.
hal yang perlu disikapi dalam menghadapi persoalan tersebut adalah melakukan upayanuntuk menekan atau paling tidak mengurangi tingkat keparahan cedera yang dapat timbul pada olahraga beresiko tersebut.


Faktor rsiko endogen meliputi :

1.       (riwayat penyekit pada keluarga)
Penyakit keturunan atau familial  tertentu sangat berpotensi menimbulkan cedera yang serius. Pasien hemofilia akan berpeluang besar mengalami perdarahanyang tidak terkontrol, jika ia menggelitu olahraga kontak penuh, seperti tinju, karate, pencak silat, dan sebagainya.

2.       (kondisi fisik umum yang buruk)
Kondisi fisik umum yang buruk dapat disebabkan oleh serangan panyakit atau karena latihan yang berlebihan sehingga menibulkan kelelahan. Kelelahan akan diperparah dengan asupan gizi yang tidak memadai atau kurang dari kebutuhan normal yang diperlukan. Pemeliharaan kondisi fisik diperlukan selama kegiatan olahraga ditekuni, tertutama saat pertandingan. Kondisi fisik yang buruk menyebabkan kemampuan atlet tidak berada pada keeeaaadaan maksimal.

3.       (usia)
Pada usia lanjut, terjadi penurunan kemampuan fungsi sistem tubuh secara bertahap. Hal yang tidak dapat dipungkiri adalah bahwa penurunan tersebut akan memudahkan timbulnya cedera saat beraktivitas fisik.

4.       (kebugaran jasmani)
Tingkat kebugaran jasmani yang baik memberikan jaminan bahwa kegiata latihan fisik yang dilakukan menimbulkan kelelahan yang bermakna. Kenyataannya yang ditemukan adalah bahwa kegiatan olahraga yang dilakukan akan meningkatan kebgaran jasmani. Pemberian latihan perlu mempertimbangkan kondisi kebugaran jasmani seseorang untuk menentukan volume latihan yang tepat. Cedera umumnya terjadi bila volume latihan yang diberikan melebihi kemampuan jasmani seseorang. Cedera dapat timbul bukan pada saat setelah melakukan latihan, tetapi terjadi belakangan karen abeban yang berlebih selalu diterima tanpa melakukan evaluasi seusai melakukan latihan. Cedera ini dekenal dengan cedera kronis akibat kelebihan beban yang diterima tubuh dalam jangka yang cukup lama.

5.       (jenis kelamin)
Beberapa jenis cedera hanya terjadi pad jenis kelamin tertentu. Trauma pada buah zakar hanya tejadi pada pria, atau sebaliknya, pria tentu tidak akan mengalami robekan vagina. Pemberian alat-alat proteksi khusus pada daerah genital yang diwajibkan oleh cabang olahraga tertentu mengurangi timbulnya cedera olahraga pada atlett. Selain itu, perbedaan bobot pukulan antara pria dan wanita membuat kemungkinan timbulnya cedera pada pukulan pria menjadi lebih besar dan tinkat keparahannya juga lebih besar ketimbang dari pukulan wanita.

6.       (riwayat cedera sebelumnya)
Cedera yang dialami pada masa lampau memberikan peluang yang lebih besar untuk timbulna cedera serupa di tempat yang sama. Peluang ini akan semakin besar bila penata laksanaan cedera pertama tidak adekuat dan menyeluruh.

7.       (persiapan menghadapi kompetisi)
Kompetisi merupakan kesempatan untuk menunjukkan performa sebagai hasil latihan yang dilakukan sebelumnya. Saat kompetisi berjalan, atlet memerlukan persiapan yang pima. Persiapan tersebut meliputi persiapan fisik, teknik, strategis dan yang terpenting adalah persiapan mental.


sumber : buku "ILMU KEDOKTERAN OLAHRAGA" karangan dr. Afriwardi, Sp.Ko

2 komentar: