Sabtu, 24 September 2011

Segelas susu



Suatu hari, seorang anak laki-laki miskin yang hidup sebagai pedagang asongan dari pintu ke pintu-biasanya dilakukan di kompleks-kompleks rumah dinas-kehabisan uang. Kondisinya saat itu sangat lapar. Anak lelaki itu memutuskan untuk meminta makanan dari rumah berikutnya. Akan tetapi, ia kehilangan keberanian saat sorang ibu muda-istri pejabat-membuka pintu. Anak iti tidak jadi meminta makanan, ia hanya berani meminta segelas air. Ibu muda itu melihat dan berpkir anak lelaki itu pastilah lapar.

Oleh karena itu, ia membawa segelas besar susu. Kemudian, anak lelaki tersebut meminum dengan “lahap”-nya dan bertanya, “berapa saya harus membayar untuk segelas besar susu ini?”
Ibu itu menjawab, “ kamu tidak perlu membayar apapun, orang tua kami dulu mengajarkan untuk tidak menerima bayaran jika melakukan suatu kebaikan,” kata ibu itu menambahkan.

Sambil menghabiskan susunya, anak lelaki tersebut berkata dalam hatinya: “Dari hati yang terdalam, aku sangat simpatik pada ibu yang sangat berbaik hati ini, dia tidak sombong sekalipun suaminya adalah seorang pejabat!”

Beberapa puluh tahun kemudian, ibu mudah dahulu (yang kini sudah agak lanjut usia) mengalami sakit yang sangat kritis. Balai pengobatan sudah tidak mampu lagi untuk mengobati penyakit komplikasinya, apalagi sekarang ia berstatus janda seorang pensiunan kereta api. Atas saran keluarganya, si wanita ini dipindahan ke rumah sakit umum pemerintah yang ada di kotatersebut untuk diobservasi. Namun, tetap saja tidak bisa diobati. Akhirnya dengan menjual barang-barang tersisa da atas bantuan rekan-rekan sesam ajanda pensiunan, si wanita ini dikirim ke ibukota karena disana ada dokter yang mampu mengobati penyakit komplikasinya itu.

Dr. Sobur Nurjaman Ali dipanggil untuk melakukan pemeriksaaan. Pada sat ia mendengar nama kota asal si ibu tesebut, terbesit seberkas pancaran aneh pada mata Dr. Sobur. Segera ia bangkit mengenakan jubah dokternya dan bergegas turun melalui aula rumah sakit menuju kamar si wanita tersebut. Ia langsung mengenali wanita itu dengan sekali pandang.

Dr. Sobur kemudian kembali ke ruang konsultasi dan memutusan untuk melakukan serangkaian medical check up total serta terapi-terapi medis lainnya. “pokoknya ibu tersebut harus sembuh,” demikian obsesinya. Mulai hari itu, si ibu yang tergolek lemah tersebut menjadi perhatian Dr. Sobur dengan kasih yang tulus. Memasuki bulan ke tiga di rumah sakit tersebut ternyata si ibu benar-benar sembuh.

Lalu, Dr. Sobur meminta bagian keuangan rumah sakit untuk mengirim seluruh tagian biaya pengobatan kepadanya guna persetujuan.. Dr. Sobur melihatnya dan menuliskan sesuatu pada pojok atas lembar tagihan tersebut. Ia sangat yakin kalau ibu tersbut tidak sanggup untuk membayar tagihan tersebut walaupun harus dicicil seumur hidupnya. Bisnis yang dirintis bersama sang suami (almarhuma) ketika memasuki pensiun gagal karena ditipu orang, demikian cerita si ibu kepada Dr. Sobur beberapa waktu lalu. Hal ini pula yang membuat ia jatuh miskin, dengan seorang anak yang saat ini juga penganguran.

Lembar tagihan akhirnya sampai ke tangan ibu yang malang itu. Dengan rasa was-was ia memberanikan diri membaca tagihan yang disodorkan bagian keuangan. Di sana tertera rincian biaya yang dikeluarkan selama ia menjalani pengobatan. Akan tetapi ada suatu yang menarik pehatiannya pada pojok atas lembar tagihan tersebut. Ia membaca tulisan yang berbunyi: “telah dibayar lunas dengan segelas besar susu!” bertanda: Dr. Sobur Nurjaman Ali.


Dari cerita tersebut, apa sih makna yang dapat kamu ambil ???
tulis komentarmu mengenai cerita tersebut ya.........

Sumber : buku “ setengah isi setengah kosong” oleh Parlindungan Marpaung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar