Sabtu, 08 Oktober 2011

Permainan Pramuka dan Outbound


1.    Dragon War (Pertempuran Naga)

Jumlah Peserta    : 8-10 orang per kelompok
Lama Permainan : 15 – 30 menit
Lokasi                  : Outdoor

Perlengkapan
·      Balon masing-masing  kelompok 1 buah
·      Tali plastic atau tali kasur

Intruksi
1.    Tiap kelompok dibariskan saling berhadapan, (seperti jari-jari lingkaran), dan fasilitator sebagai pusat lingkarannya.
2.    Tiap peserta diberi 1 buah balon karet dan diminta untuk meniupnya sebesar bola voli.
3.    Balon diikat di pergelangan kaki peserta paling akhir (belakang).
4.    Tiap kelompok berbaris dengan kedua tangan memegang pundak teman di depannya. Barisan ini diasumsikan sebagai dragon atau naga. Peserta di barisan depan adalah kepala, dan bagian akhir (yang kakinya diikatkan balon) adalah ekor, sekaligus nyawa dari naga tersebut.
5.    Aturan Main :
a.    Semua kelompok (naga) adalah musuh atau pesaing
b.    Tugas kepala naga adalah meletuskan balon (ekor naga lawan) dengan cara menginjaknya.
c.    Hanya ada satu naga yang menang, yaitu kelompok yang berhasil mempertahankan balonnya.
d.    Yang boleh menginjak balon hanya orang yang berperan sebagai kepala naga.
e.    Barisan tidak boleh lepas. Jika tangan terlepas dari pundak, dinyatakan kalah (mati).

Nilai Pemainan
1.    Memahami fungsi orang lainsebagai dari kesuksesan tim.
2.    Mengatur strategi dan pemecahan masalah.
3.    Melepaskan ego masing-masing demi kesuksesan tim.
4.    Kerelaan berkorban demi keberhasilan tim.
5.    Ketenangan dan ketegaran dalam menghadapi situasi panic sangat diperlukan demi tercapainya tujuan.
6.    Persaingan bisnis atau lingkungan kerja saat ini semakin keras.


2.    Benang Ruwet
Jumlah Peserta      : 8 – 10 orang per kelompok (lebih banyak lebih seru karena lebih sulit)
Lama permainan    : 15 – 30 menit
Lokasi                     : Outdoor atau indoor

Perlengkapan
·      Tali sepatu atau tali kor panjangnya 1,5 m sebanyak jumlah peserta

Intruksi
1.    Peserta diminta membuat lingkaran, fasilitator ikut dalam barisan.
2.    Fasilitator telah menyiapkan tali sepatu yang jumlahnya sesuai dengan jumlah peserta tim.
3.    Semua tali sepatu disatukan, lalu ambil bagian tengahnyadan digenggam oleh fasilitator.
4.    Setiap peserta diminta mengambil ujung tali sepatu masing0masing satu (baik tangan kanan maupun tangan kiri).
5.    Setelah semua peserta memegang ujung tali, fasilitator dapat melepaskan genggamannya
6.    Dengan fasilitatormelepaskan genggaman tali tersebut, secara otomatis tali akan menjadi tak beraturan, satu sama lain akan berkaitan (menjadi ruwet).
7.    Tugas kelompok adalah membuat keruwetan tali menjadi terurai.
8.    Aturan main : tali tidak boleh lepas dari tangan.

Bahan Diskusi
1.      Fasilitator mengamati perilaku setiap anggota, siapa yang dominan, siapa yang terlalu cuek, atau siapa yang emosional ketika tali tak kunjung terurai.
2.      Pengamatan sangat berguna untuk diskusi (misalnya, tanyakan bagi yang marah-marah, mengapa ia marah? Apa yang ia rasakan? Kepada peserta yang terlalu cuek, tanyakan mengapa dia diam saja atau cuek?)
3.      Jika kelompok berhasil, factor-faktor apa yang mendukung keberhasilan tersebut?
4.      Sebaliknya jika kelompok tersebut gagal, mengapa? Factor apa penyebabnya?
5.      Nilai-nilai pembelajaran apa yang dapat diambil dari permainan ini?
6.      Kalau dikaitkan dengan situasi kerja, situasi atau kondisi seperti apa yang mempunyai kesamaan dengan permainan yang telah dilakukan.

Nilai Pembelajaran
1.      Masalah tidak dapat dipilih. Tidak perlu dihindari, tetapi kita harus menghadapinya.
2.      Jangan salahkan situasi atau keadaan, terima masalahnya dan cari solusinya.
3.      Jangan mempermasalahkan masalah, tetapi selesaikanlah masalah.
4.      Sesuatu yang tampaknya tidak mungkin, jika dipikirkan dengan seksama dan tidak mudah putus asa, pasti bias.


3.    Gambar Beruntun
Jumlah Peserta      : 8 – 10 orang per kelompok (boleh lebih banyak)
Lama permainan    : 10 – 30 menit
Lokasi                     : Outdoor atau indoor

Perlengkapan
·      Kertas hvs
·      pena

Intruksi
1.    masing-masing kelompok membentuk barisan 1 berbenjar.
2.    Beri jarak ± 1 meter pada setiap kelompok.
3.    Letakkan masing-masing kertas hvs dan pena di depan barisan setiap kelompok dengan jarak ± 7 meter.
4.    Aturan main :
a.      Saat perminaan dimulai, maka 1 orang dari masing-masing kelompok yang di mulai dari yang paling depan harus menuju kertas yang telah disediakan secepat mungkin dan menggambar seindah mungkin.
b.      Setelah aba-aba ganti, maka orang yang maju pertama tadi harus menuju barisan paling belakang asal kelompoknya. Dan gambar akan dilanjutan oleh peserta kedua dari kelompok (peserta yang berada di belakang orang yang pertama maju tadi).
c.       Dan setip aba-aba ganti, maka setiap kelompok secara sistematis secara bergantian menggambar dari masing-masing orang  setiap kelompoknya.
5.    Setelah waktu permainan habis, maka permainan dihentikan dan hasil gambar dari masing-masing kelompok ditunjukkan oleh seluruh peserta. Dan masing-masing gambar dinilai oleh semua peserta secara objektif.
6.    Untuk menambah keseruan, maka kelompok yang menghasilkan gambar terjelek di beri hukuman.
Nb: gambar telah ditentukan oleh fasilitator.



4.    Bola Buta
Jumlah Peserta      : 8 – 10 orang per kelompok (lebih banyak lebih seru karena lebih sulit)
Lama permainan    : 15 – 30 menit
Lokasi                     : Outdoor

Perlengkapan
·      Bola plasti kecil yang berwarna – warni
·      Penutup mata

Intruksi
1.    Masing-masing kelompok berkumpul di tempat yang telah disediakan dngan di beri pembatas dari setiap kelompok.
2.    Setiap kelompok harus memilih 2 orang untuk menjadi utusan(menjadi sibuta) dalam pengambilan bola.
3.    Orang yang terpilih menjadi sibuta ditutup matanya sampai tidak dapat melihat.
4.    Dan peserta yang lain memberikan intruksi pada utusannya (sibuta) untuk mengambil bola.
5.    Bola diletakkan ± 20 meter dari kelompok yang akan memberikan intruksi.
6.    Cara bermain
a.      Saat permainan dimulai, maka sibuta dari masing-masing kelompok berjalan dengan diarahkan oleh teman-teman (peserta) dalam kelompoknya.
b.      Dan setelah sampai pada kumpulan bola yang telah ditebar dengan beraturan tersebut, maka masing-masing utusan (sibuta) mengambil bola yang telah ditentukan oleh fasilitator.
c.       Dan warna bola yang harus diambil masing-masing berbeda, termasuk pula 2 sibuta dalam 1 kelompok.
d.      Setelah bola di dapat oleh sibuta, maka bola bola harus diberikan oleh masing-masing kelompoknya dengan diarahkan kembali oleh teman-teman satu kelompoknya.
e.      Dan setelah diberikan, maka sibuta kembali mengambila bola dengan diarahkan oleh teman-teman satu kelompoknya kembali sampai waktu yang ditentikan berakhir.
7.    Kelompok yang mendapatkan bola terbanyak, maka kelompok tersebutlah pemenang dalam permainan ini.
8.    Dan untuk menabah keseruan maka kelompok yang kalah dapat kita beri hukuman.


5.    Jaring Laba-laba
Jumlah Peserta      : 8 – 10 orang per kelompok (lebih banyak lebih seru karena lebih sulit)
Lama permainan    : 15 – 30 menit
Lokasi                     : Outdoor

Perlengkapan
·      Tali yang telah berbentuk jaring untuk dilalui

Intruksi aturan permainan
1.    Masing-masing kelompok berkumpul pada setiap jaring yang telah disediakan.
2.    Dan setiap peserta dalam kelompok harus berusaha melewati jaring tanpa mengenai tali-tali jaring tersebut.
3.    Setiap peserta hanya memiliki satu sela-sela jaring untuk dilewati, dan sela jaring yang telah dilewati tidak dapat dilewati oleh peserta lain dalam satu kelompok tersebut.
4.    Bila sela jaring yang kaan dilewati mengenai peserta, maka peserta dianggap gagal dan harus mengulanginya lagi sampai berhasil.
5.    kelompok yang dapat menyelesaikan permainan terlebih dahulu dengan melewatkan seluruh perserta dari jaring-jaring tersebut adalah sebagai pemenangnya.

6.    Pipa Bolong
Jumlah Peserta      : 8 – 10 orang per kelompok (lebih banyak lebih seru karena lebih sulit)
Lama permainan    : 15 – 30 menit
Lokasi                     : Outdoor

Perlengkapan
·      air yang diletakkan di ember (uk. ±15 liter)
·      pipa ± 0,5 meter θ 1 inci (atas dan bawah pipa bolong)
·      botol aqua 1 liter
o       jumlahnya sesuai dengan jumlah kelompok

Intruksi
1.    setiap kelompok membentuk 1 berbanjar.
2.    Ember yang berisi air diletakkan dekat dengan barisan paling depan.
3.    botol aqua diletakkan di barisan paling belakang.
4.    Dan pipa akan dimulai oleh barisan paling depan.
5.    Aturan permainan.
a.      Setelah aba-aba mulai, maka barisan paling depan berusaha mengambil air dengan pipa yang telah disediakan.
b.      Setelah berhasil mengambil air, maka barisan paling depan mengopernya ke barisan kedua (yang berada dibelakangnya), dan barisan kedua mengoper ke barisan ketiga (yang berada dibelakangnya), dan begitu seterusnya.
c.       Dan ketika sampai pada barisan kedua dari belakang, maka peserta tersebut harus memasukkan air kedalam botol yang dipegang oleh barisan paling belakang.
d.      Dan setelah dimasukkan, maka pipa tersebut kembali dioper menuju barisan paling depan melalui peserta dalam berisan tersebut.
e.      Dan berisan paling depan kembali mengambil air seperti semula, dan mengopernya lagi menuju barisan paling belakang. Sampai waktu permainan selesai.
6.    Setelah selesai waktu permainan, maka fasilitator mengambila botol dari barisan paling belakang masing-masing kelompok.
7.    Dan penilaiannya diukur dari banyaknya air yang masuk kedalam botol.
8.    Dan jumlah air terbanyak yang masuk, maka kelompok itulah yang meraih kemenangan dalam permainan ini.

7.    Pasak Bumi
Jumlah Peserta      : 8 – 10 orang per kelompok (lebih banyak lebih seru karena lebih sulit)
Lama permainan    : 10 – 30 menit
Lokasi                     : Outdoor atau indoor

Perlengkapan
·      Tidak ada alat yang digunakan

Intruksi
1.    Setiap kelompok membentuk lingkarang kecil.
2.    Fasilitator memberi kata kunci kepada setiap peserta yaitu apa bila fasilitator menyebut “ 8; 10” maka kelompok harus membentuk formasi 8 tangan berada di bawah, dan kaki 10 dibawah (di tanah).
jadi, angka yang pertama disebutkan adalah intruksi untuk tangan, dan angka setelahnya adalah intruksi untuk kaki.
3.    Jadi, permainan tersebut di ikutkan oleh fasilitator sebagai pemberi aba-aba. Dan masing-masing kelompok bekerja sesuai intruksi yang telah diberikan oleh fasilitator.
4.    Kelompok yang dapat menyelesaikan intruksi terlebih dahulu, adalah kelompok yang menang, dan memiliki hak untuk memberikan hukuman kepada kelompok yang kalah.
5.    Permainan ini dapat dilakukan berulang-ulang.


8.    Baris Panjang
Jumlah Peserta      : 8 – 10 orang per kelompok
Lama permainan    : 15 – 30 menit
Lokasi                     : Outdoor

Perlengkapan
·      Tanpa alat yang khusus

Intruksi
1.    Setiap kelompok membentuk barisan 1 berbanjar
2.    Buat garis star dengan tali plastik atau tali pramuka (rami).
3.    Tugas kelompok adalah membuat barisan sepanjang-panjangnya, boleh menggunakan apa pun yang melekat di tubuhnya (tidak boleh mencari alat bantu yang tidak melekat di badannya).
4.    Dan barisan paling panjang adalah kelompok yang menang.


9.    Bola bergulir
Jumlah Peserta      : 8 – 10 orang per kelompok
Lama permainan    : 15 – 30 menit
Lokasi                     : Outdoor

Perlengkapan
·      Bola pimpong
·      Bambu yang telah di bela dua tanap skat dengan panjang ± 0,5 meter θ 1 inci
o       Seluruh peralatan berjumlah sesuai jumlah peserta dalam 1 kelompok

Intruksi
1.    Setiap kelompok membentuk barisan 1 bersap.
2.    Dan jarak dari masing- kelompok adalah sesuai dengan panjang bambu
3.    Dan dalam setiap kelompok memiliki lider (pemimpin) untuk mengatur permainan kelompok.
4.    Jarak bola awal dengan bola finis dapat di sesuaikan sesuai dengan keadaaan, namun lebih jauh jaraknya maka permainan akan lebih seru.
5.    Bila sampai barisan terakhir namun bola belum sampai finis, maka barisan dapat dilanjutkan oleh peserta yang di awal sebelumnya.
6.    Kelompok yang berhasil membawa bola dari awal sampai finis, maka dapat melanjutkan kembali permainan dengan bola baru dari awal semula sampai waktu permainan selesai.
7.    Bila bola jatuh sebelum sampai finis, maka bola tersebut batal, dan harus dilanjutkan dari awal kembali.
8.    Kelompok yang berhasil mengumpulkan bola terbanyak di tempat finis, maka kelompok tersebut adalah pemenangnya.
9.    Dan kelompok yang kalah dapat diberi hukumnan untuk menambah keseruan.


10.           Berburu Tupai
Jumlah Peserta      : Bebas, semakin banyak semakin ramai
Lama permainan    : 15 – 30 menit
Lokasi                     : Outdoor atau indoor

Perlengkapan
·      Tanpa alat
Intruksi
1.    Semua peserta membuat lingkaran besar
2.    Katakan sekarang kita akan bermain “berburu tupai”.
3.    Mintalah peserta untuk membentuk kelompok 3 orang per kelompok (dengan posisi masih melingkar)
4.    Dari kelompok kecil teersebut, 2 orang saling berhadapan dan saling berpegangan tangan (posisi tangan di atas), 2 orang ini menjadi pohon.
5.    1 orang lainnya, sebagai “tupai” dengan posisi jongkok di bawah 2 orang yang berperan sebagai pohon (sebagai tempat bersembunyinya “tupai”)
6.    Aturan main :
a.      Fasilitator akan bercerita tentang seorang pemburu yang hendak berburu tupai.
b.      Jika dalam cerita fasilitator menyebutkan “pemburu”, maka semua tupai harus berlari (berpindah tempat) mencari pohon lain untuk bersembunyi.
c.       Jika dalam cerita fasilitator mengatakan “ kebakaran”, maka semua pohon harus berpindah tempat dan mencari pasangan baru (tetap menjadi pohon) dan tetap melindungi tupai.
d.      Dan jika dalam cerita fasilitator mengatakan “gempa bumi” , maka semuanya berlari dan mencari pasangan baru, baik pohon maupun tupai.
e.      Dalam permainan ini, saat terjadi perubahan fasilitas dibantu oleh 1-2 fasilitator lain, ikut berebut tempat sehingga akan ada 3 peserta yang kehilangan tempat atau pasangan. Dan peserta tersebut akan mendapat hukuman.

Sabtu, 24 September 2011

Segelas susu



Suatu hari, seorang anak laki-laki miskin yang hidup sebagai pedagang asongan dari pintu ke pintu-biasanya dilakukan di kompleks-kompleks rumah dinas-kehabisan uang. Kondisinya saat itu sangat lapar. Anak lelaki itu memutuskan untuk meminta makanan dari rumah berikutnya. Akan tetapi, ia kehilangan keberanian saat sorang ibu muda-istri pejabat-membuka pintu. Anak iti tidak jadi meminta makanan, ia hanya berani meminta segelas air. Ibu muda itu melihat dan berpkir anak lelaki itu pastilah lapar.

Oleh karena itu, ia membawa segelas besar susu. Kemudian, anak lelaki tersebut meminum dengan “lahap”-nya dan bertanya, “berapa saya harus membayar untuk segelas besar susu ini?”
Ibu itu menjawab, “ kamu tidak perlu membayar apapun, orang tua kami dulu mengajarkan untuk tidak menerima bayaran jika melakukan suatu kebaikan,” kata ibu itu menambahkan.

Sambil menghabiskan susunya, anak lelaki tersebut berkata dalam hatinya: “Dari hati yang terdalam, aku sangat simpatik pada ibu yang sangat berbaik hati ini, dia tidak sombong sekalipun suaminya adalah seorang pejabat!”

Beberapa puluh tahun kemudian, ibu mudah dahulu (yang kini sudah agak lanjut usia) mengalami sakit yang sangat kritis. Balai pengobatan sudah tidak mampu lagi untuk mengobati penyakit komplikasinya, apalagi sekarang ia berstatus janda seorang pensiunan kereta api. Atas saran keluarganya, si wanita ini dipindahan ke rumah sakit umum pemerintah yang ada di kotatersebut untuk diobservasi. Namun, tetap saja tidak bisa diobati. Akhirnya dengan menjual barang-barang tersisa da atas bantuan rekan-rekan sesam ajanda pensiunan, si wanita ini dikirim ke ibukota karena disana ada dokter yang mampu mengobati penyakit komplikasinya itu.

Dr. Sobur Nurjaman Ali dipanggil untuk melakukan pemeriksaaan. Pada sat ia mendengar nama kota asal si ibu tesebut, terbesit seberkas pancaran aneh pada mata Dr. Sobur. Segera ia bangkit mengenakan jubah dokternya dan bergegas turun melalui aula rumah sakit menuju kamar si wanita tersebut. Ia langsung mengenali wanita itu dengan sekali pandang.

Dr. Sobur kemudian kembali ke ruang konsultasi dan memutusan untuk melakukan serangkaian medical check up total serta terapi-terapi medis lainnya. “pokoknya ibu tersebut harus sembuh,” demikian obsesinya. Mulai hari itu, si ibu yang tergolek lemah tersebut menjadi perhatian Dr. Sobur dengan kasih yang tulus. Memasuki bulan ke tiga di rumah sakit tersebut ternyata si ibu benar-benar sembuh.

Lalu, Dr. Sobur meminta bagian keuangan rumah sakit untuk mengirim seluruh tagian biaya pengobatan kepadanya guna persetujuan.. Dr. Sobur melihatnya dan menuliskan sesuatu pada pojok atas lembar tagihan tersebut. Ia sangat yakin kalau ibu tersbut tidak sanggup untuk membayar tagihan tersebut walaupun harus dicicil seumur hidupnya. Bisnis yang dirintis bersama sang suami (almarhuma) ketika memasuki pensiun gagal karena ditipu orang, demikian cerita si ibu kepada Dr. Sobur beberapa waktu lalu. Hal ini pula yang membuat ia jatuh miskin, dengan seorang anak yang saat ini juga penganguran.

Lembar tagihan akhirnya sampai ke tangan ibu yang malang itu. Dengan rasa was-was ia memberanikan diri membaca tagihan yang disodorkan bagian keuangan. Di sana tertera rincian biaya yang dikeluarkan selama ia menjalani pengobatan. Akan tetapi ada suatu yang menarik pehatiannya pada pojok atas lembar tagihan tersebut. Ia membaca tulisan yang berbunyi: “telah dibayar lunas dengan segelas besar susu!” bertanda: Dr. Sobur Nurjaman Ali.


Dari cerita tersebut, apa sih makna yang dapat kamu ambil ???
tulis komentarmu mengenai cerita tersebut ya.........

Sumber : buku “ setengah isi setengah kosong” oleh Parlindungan Marpaung

Rabu, 21 September 2011

Pemandangan Hati



















senang bisa mengenal dan bergabung dengan kalian semua....
tetap semangat dan selalu berusaha dengan diiringi do`a serta bercita-cita tinggi.
hidup untuk kita semua.
" kalian semua adalah bagian dari belahan jiwa q "
^_^

Sabtu, 17 September 2011

KonsepBerfikir

Berfikir merupakan salah satu rutinitas manusia dalam menjalankan roda kehidupan. Namun alur yang digunakan kadang tidak selamanya memiliki hasil yang positif, bahkan akan menimbulkan hal-hal negatif yang pada umumnya merupakan salah satu dari alat perusak diri. Tetapi ada juga seseorang yang berfikir netral yang tidak peduli terhadap keadaan sesuatu, yang penyebannya adalah pemenuhan kebutuhan diri dan tidak merusak kebutuhan orang lain. Oleh karena itulah, dalam berfikir nilai kandungannya memiliki 3 jalur yaitu jalur positif, jalur negatif, dan jalur netral.

Jalur positif : merupakan jalur pemikiran seseorang dalam menyikapi sesuatu dengan secara ditail dan terperinci mengenai resiko terhadap apa yang dipikirnya dan tindak lanjut apa yang dipikirnya. Pada umumnya berfikir positif memiliki rancangan-rancangan yang meminimalisir resiko-resiko buruk, baik yang menimpah dirinya maupun orang lain. Pemikiran positif ini terlahir dari kepedulian seseorang yang manjalankannya terhadap kebutuhan-kebutuhan yang dibutuhkan dalam suatu situasi atau keadaan tertentu. Sehingga berfikir positif kerap kali menimbulakn efek-efek penyembuhan sikap diri maupun oang lain yang pada umumnya terjadi penyakit rasa (hati) dan sikap yang ditimbulkan dari berfikir salah.

Jalur negatif : merupakan jalur pemikiran yang condong pada keegoisan diri saja. Maksudnya, pemikiran yang dilakukannya adalah hanya mementingkan dirinya dan mencari kenikmatan dirinya tanpa merenungkan apa yang sebenarnya dibutuhkan dalam kondisi dan keadaan tertentu tapi, malah menyandarkan permasalah pada orang lain yang akhirnya terjadi efek pemaksaan kehendak diri dalam melakukan sesuatu dan menjatuhkan orang lain. Dari berfikir negatif ini kerap kali orang yang menjalaninya menimbulkan penyakit-penyakit rasa (hati) dan sikap yang sulit dikembalikan ke posisi netral. Dan pada umumnya berfikir negatif ini akan merusak situasi yang semulanya baik menjadi buruk, dan buruk menjadi lebih buruk, dan kelanjuatnnya akan menumbuhkan kesesatan dalam berfikir dan membutuhkan dalam bertindak.

Jalur netral : merupakan jalur pemikiran yang tidak memberatkan pada posisi positif maupun negatif. Pemikiran ini adalah memposisikan seseorang pada sikap tenang dengan syarat masalah dalam keadaan itu tidak memberatkan dia dalam kata lain pemenuhan terhadap kebutuhan dirinya telah terpenuhi, sehingga ia tidak memperdulikan apa yang terjadi dan apa yang dibutuhkan oleh orang lain dan tidak pula memikirkan keburukan (kejelekan) pemikiran terhadap orang lain. Sehingga apa yang terjadi adalah sebuah masalah yang tidak perlu dibesar-besarkan dan tidak perlu menjadi beban bagi dirinya.

Kosep pemikiran itu terlahir dari situasi atau keadaan dan posisi seseorang tersebut dalam sebuah situasi dan kondisi yang pada umumnya akan melahirkan permasalahan. Jadi tidak mungkin ada pemikiran jika tidak ada masalah, dan tidak mungkin setiap manusia tidak memiliki masalah, dan masalah bukanlah sebuah beban tapi adalah pembelajaran diri untuk menaiki tingkat derajat si pemikir, dan masalah bukan lah hal yang untuk dihindari, namun untuk dijalani karena itu adalah konsep hidup.


Jadi guys, manakah yang akan kamu pilih dalam konsep pemikiranmu..????

Sumber : khairul usman (teori pribadi)

Rabu, 14 September 2011

Cedera Olahraga (part 1)


sport science

A.      Pengertian
Cedera olahraga dapat diartikan sebagai cedera yang terjadi akibat kegiatan olahraga baik secara langsung atau tidak langsung, yang mengenai sistem muskuloskeletal dan semua sistem atau organ lain yang mempengaruhinya sehingga menimbulkan gangguan fungsi sistem tersebut.

B.      Klasifikasi Cedera Olahraga

Berdaasarkan waktu terjadinya, cedera olahraga dibagi menjadi:
1.       cedera akut atau mendadak
2.       cedera kronik menahun
dipandang dari segi fakor penyebabnya, cedera olahraga dapat dibagi atas :
1.       cedera dengan penyebab luar / eksogen
2.       cedera dengan penyebab dari dalam / endogen
contoh:
seorang atlet yang terkena tendangan oleh lawan tandingnya dapat menimbulkan cedera akut eksogen, atau seoarng atlet yang kurang / tidak terlatih akan mudah timbul terkilir atau menderita robekan selubung otot sehigga cedera yang dialaminya termasuk cedera akut endogen.
                Pengelompokan cedera  juga dapat dibuat menurut sudut pandang tertentu yang biasanya terkait dengan kepentingan tertentu. Untuk mengetahu derajat keparahan cedera, pengelompokan cedera sering dikelompokan berdasarkan jenisnya, yakni goresan, laserasi, sprain, strain, dislokasi, fraktur, dan lain-lain.

C.      Faktor Risiko Cedera Olahraga
Faktor risiko cedera olahraga merupakan kondisi-kondisi yang memungkinkan terjadinya cedera olahraga. Kondisi tersebut dapat berasal dari luar tubuh (eksogen) dari dalam tubuh sendiri (endogen).

Faktor-faktor eksogen meliputi:

1.       (pemberian beban latihan yang tida proporsional)
Dahulu orang beranggapan bahawa pelatih yang baik adalah pelatih yang dapat membuat atlet yang dilatihnya mengalami muntah atau pusing selama melakukan sesi latihan. Anggapan tersebut sangat keliru mengingat bahwa atlet yang dilatih tersebut juag manusia biasa yang tentu memiliki keterbatasan dalam kemampuan. Seorang pelari maraton putri pernah mengalami gangguan pertumbuhan fungsi seksual skunder dan mengalami osteoporosis berat karena pelatihnya memberi sesi latihan yang berat pada masa prapubertas.

2.       (peralatan olahraga)
Pusat-pusat kebugaran di daerah perkotaan kebanyakan menggunakan alat-alat kebugaran luar negeri, yang belum tentu cocok digunakan secara ergonomis. Alat yang didatangkan dari luar negeri tesebut dirancang untuk digunakan oleh pelaku olahraga di negara tempat alat tersebut diproduksi. Ukuran antropometri tubuh yang berbeda antara orang di negara alat itu diproduksi dengan orang di negara pengguna alat tersebut dapat mendatangkan masalah. Masalah tersebut berisiko menimbulkan cedera. Prbedaan daya ungkit alat membaut pembebanan pada otot menjadi tidak proporsional. Alat-alat proteksi tubuh yang digunakan untuk melindungi bagian-bagian tubuh tertentu juga berperan dapat menimbulkan cedera.

contohnya:
ukuran alat yang terlalu besar atau sempit juga beresiko menmbulkan cedera. Genital protector yang terlalu kecil dapat menimbulkan kompresi pada alat kelamin, atau bila ukuran alat tersebut terlalu besar, cedera dapat timbul akibat pergeseran alat yang yang terlalu leluasa.

penggunaan sepatu ahrus cocok denganjenis olahraga yang diikuti. Sepatu telah dirancang sedemikian rupa sesuai dengan karakteristik gerakan dasar pada cabang olahraga tersebut. Contonya, sepatu olahraga basket dirancang dengan sol yang lebar dan memiliki peredam serat menutupi mata kaki untuk mengurangi resiko timbulnya cedera pada kaki dan pergelangan kaki. Penggunaan sepatu yang sudah aus atau telapak yang tidak rata akan menggeseer titik pembebanan yang diterima oleh sendi pergelngan kaki dan lutut dari titik tengah. Pembebanan yang tidak proporsional tersebut akan memperberat beban yang diterima pada sisi sol yang telah tipis.

3.       (fasilitas tempat latihan)
Keberadaan fasilitas tempat olahraga yang memadai akan mengurangi kemungkinan terjadinya cedera. Fasilitas olahraga meliputi semua sarana yang berkaitan dengan olahraga.

4.       (jenis olahraga)
Olahraga tertentu tidak dipugkiri memiliki risiko yang lebih besar dibanding dengan olahraga lainnya. Contonya, olahraga tinju memiliki resiko yang sangat tinggi dalam menimbulkan cedera yang disebabkan atuaran olahraga tersebut, yaitu poin yang besar akan diperolah bila si petinju behasil mendaratkan pukulannya di kepala lawannya.
hal yang perlu disikapi dalam menghadapi persoalan tersebut adalah melakukan upayanuntuk menekan atau paling tidak mengurangi tingkat keparahan cedera yang dapat timbul pada olahraga beresiko tersebut.


Faktor rsiko endogen meliputi :

1.       (riwayat penyekit pada keluarga)
Penyakit keturunan atau familial  tertentu sangat berpotensi menimbulkan cedera yang serius. Pasien hemofilia akan berpeluang besar mengalami perdarahanyang tidak terkontrol, jika ia menggelitu olahraga kontak penuh, seperti tinju, karate, pencak silat, dan sebagainya.

2.       (kondisi fisik umum yang buruk)
Kondisi fisik umum yang buruk dapat disebabkan oleh serangan panyakit atau karena latihan yang berlebihan sehingga menibulkan kelelahan. Kelelahan akan diperparah dengan asupan gizi yang tidak memadai atau kurang dari kebutuhan normal yang diperlukan. Pemeliharaan kondisi fisik diperlukan selama kegiatan olahraga ditekuni, tertutama saat pertandingan. Kondisi fisik yang buruk menyebabkan kemampuan atlet tidak berada pada keeeaaadaan maksimal.

3.       (usia)
Pada usia lanjut, terjadi penurunan kemampuan fungsi sistem tubuh secara bertahap. Hal yang tidak dapat dipungkiri adalah bahwa penurunan tersebut akan memudahkan timbulnya cedera saat beraktivitas fisik.

4.       (kebugaran jasmani)
Tingkat kebugaran jasmani yang baik memberikan jaminan bahwa kegiata latihan fisik yang dilakukan menimbulkan kelelahan yang bermakna. Kenyataannya yang ditemukan adalah bahwa kegiatan olahraga yang dilakukan akan meningkatan kebgaran jasmani. Pemberian latihan perlu mempertimbangkan kondisi kebugaran jasmani seseorang untuk menentukan volume latihan yang tepat. Cedera umumnya terjadi bila volume latihan yang diberikan melebihi kemampuan jasmani seseorang. Cedera dapat timbul bukan pada saat setelah melakukan latihan, tetapi terjadi belakangan karen abeban yang berlebih selalu diterima tanpa melakukan evaluasi seusai melakukan latihan. Cedera ini dekenal dengan cedera kronis akibat kelebihan beban yang diterima tubuh dalam jangka yang cukup lama.

5.       (jenis kelamin)
Beberapa jenis cedera hanya terjadi pad jenis kelamin tertentu. Trauma pada buah zakar hanya tejadi pada pria, atau sebaliknya, pria tentu tidak akan mengalami robekan vagina. Pemberian alat-alat proteksi khusus pada daerah genital yang diwajibkan oleh cabang olahraga tertentu mengurangi timbulnya cedera olahraga pada atlett. Selain itu, perbedaan bobot pukulan antara pria dan wanita membuat kemungkinan timbulnya cedera pada pukulan pria menjadi lebih besar dan tinkat keparahannya juga lebih besar ketimbang dari pukulan wanita.

6.       (riwayat cedera sebelumnya)
Cedera yang dialami pada masa lampau memberikan peluang yang lebih besar untuk timbulna cedera serupa di tempat yang sama. Peluang ini akan semakin besar bila penata laksanaan cedera pertama tidak adekuat dan menyeluruh.

7.       (persiapan menghadapi kompetisi)
Kompetisi merupakan kesempatan untuk menunjukkan performa sebagai hasil latihan yang dilakukan sebelumnya. Saat kompetisi berjalan, atlet memerlukan persiapan yang pima. Persiapan tersebut meliputi persiapan fisik, teknik, strategis dan yang terpenting adalah persiapan mental.


sumber : buku "ILMU KEDOKTERAN OLAHRAGA" karangan dr. Afriwardi, Sp.Ko